by

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur

Oleh : Salamuddin Daeng

Ada banyak sebetulnya pilihan bahan bakar yang dapat digunakan untuk memasak, ada Liquid Petroleum Gas (LPG), ada Gas Pipa Liquid Natural Gas (LNG), ada Compressed Natural Gas (CNG), ada batubara, kompor induksi dan juga masih ada juga kayu bakar. Jalan bagi Presiden Prabowo mencapai swasembada energi terbuka lebar, tinggal kemampuan para eksekutornya para pembantu Presiden.

Semua bahan bakar untuk memasak tersebut ada di Indonesia dan masing masing perlu dikembangkan. LPG dihasilkan dari sisa pengolahan minyak bumi, namun bahan ini semakin langka di Indonesia. LNG bisa dihasilkan dari gas alam, CNG juga bisa dibuat dari gas alam, bahan ini tersedia sangat banyak dan melimpah di Indonesia. Kompor induksi dinyalakan dengan listrik dan listrik Indonesia sekarang sudah over supply atau over capacity. Jadi semua sumber bahan bakar untuk memasak ini seharusnya dapat saling melengkapi sehingga Indonesia tidak kekurangan.

Namun sekarang bahan bakar untuk memasak didominasi oleh LPG 3 kg. Penggunaan LPG 3 kg sangat masiv sejak suksesnya program konversi minyak tanah ke LPG 2 dekade lalu. Sampai sekarang penggunaan LPG 3 kg untuk memasak tidak terbendung dan sulit tergantikan.

Masalah utamanya adalah LPG 3 kg ini adalah bahan bakar impor, yang di produksi di luar negeri. Sebanyak 85-90 % LPG diimpor dari luar negeri, menggunakan devisa negara yang sangat besar. Sebanyak 10-11 juta ton LPG diimpor dari luar dengan harga yang mahal. Nilainya antara 5-6 miliar dollar setahun. Sayang sekali uang sebanyak itu seharusnya bisa digunakan untuk investasi energi di dalam negeri

Masalahnya tidak sampai di situ. Bahan bakar impor ini harus disubsidi oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Padahal uang APBN tersebut dapat digunakan untuk membiayai Sumber Daya Manusia (SDM), penelitian, pengembangan tehnologi agar Indonesia bisa menghasilkan tehnologi pengganti LPG atau tehnologi yang melengkapi, mongkonversi atau sebagai komplementer LPG.

Baca Juga :  Jangan Sampai Pemaksaan BPJS Menjadi Alat Tampar ke Presiden

Subsidi LPG makin meningkat dan tidak pernah menurun. Tahun depan 2026 subsidi LPG 3 kg direncanakan senilai 80,3 triliun rupiah. LPG 3 kg digunakan oleh mayoritas emak emak Indonesia, baik dari keluarga kurang mampu maupun kaya raya, baik di kota kota besar sampai desa terpencil, semua menggunakan LPG 3 kg. Bahan bakar ini juga digunakan oleh para PKL, warung warung, dan bahkan restoran restoran mewah. Mengapa? Alasannya sederhana yakni harganya murah, karena disubsidi oleh pemerintah.

Walaupun memberikan subsidi adalah kewajiban negara kepada rakyat, namun subsidi LPG 3 kg ini makin lama makin berat. Menurut data Kementerian Keuangan Tahun ini 2025 subsidi LPG 3 kg adalah senilai 68,7 triliun rupiah. Tahun 2026 subsidi LPG 3 kg direncanakan mencapai 80,3 triliun rupiah. Subsidi LPG berada pada deretan teratas subsidi terbesar bersama subsidi listrik dan BBM penugasan.

Makin lama subsidi LPG 3 kg makin besar, dikarenakan kebutuhan untuk memasak makin meningkat. Jaman dulu hanya di kota kota besar yang memakai LPG 3 kg. Sekarang semua sampai ke desa desa menggunakan LPG 3 kg. Agen LPG dan pangkalan LPG bertebaran di seluruh penjuru tanah air bagaikan jamur di musim hujan, mulai dari Senayan hingga ke Sumbawa di ujung timur Indonesia. “Tidak ada lagi yang mau mengambil kayu bakar di hutan” Tutur seorang emak Sumbawa Barat.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *