Oleh : Salamuddin Daeng
MENGERIKAN cara mengelola BUMN jaman ini. Kalau jaman dulu BUMN menjadi andalan pemerintah untuk melayani hajat hidup orang banyak. Karena cita citanya yang semacam itu dilalah BUMN pun jaman dulu untung semua.
Jaman sekarang BUMN tak lagi bisa untung. Semua merugi. Bahkan BUMN yang paling TOP yakni pertamina juga rugi. Seluruh rakyat tidak percaya kok jual BBM rugi. Bagaimana bisa? Sementara pedagang bensin eceran pinggir jalan jual BBM untung. Mbahnya BBM malah rugi.
Lebih aneh lagi mitra bisnis pertamina yang swasta, tak ada kabarnya rugi. Semua untung. Tapi Pertamina malah rugi. Semester I 2020 rugi. Konon katanya dengan jurus sim salambim tahun 2020 katanya akan ada untung. Tapi sampai saat ini maret 2021 belum ada kabar pertamina menyelesaikan laporan keuangan. Konon petinggi pertamina dipecat oleh Presiden.
Akibat masalah keuangan bertubi tubi, tak ada penyelesaian mengancam kondisi Pertamina. Perusahaan bisa gulung tikar akibat utang yang menggunung. Utang terus ditimbun tak ada henti hentinya.
Sampai dengan tahun 2020 utang pertamina dari global bond saja mencapai 13.950 miliar US dolar atau 200 triliun rupiah lebih. Total utang Pertamina jangka pendek dan jangka panjang mencapai 580 triliun lebih. Ini semua bagaimana bayarnya ya?
https://pertamina.com/en/Global-Bond
Berita terbaru Pertamina akan menimbun utang lagi agar bisa bertahan menghadapi kemungkinan kebangkrutan. Masalah dijawab dengan masalah yakni dengan utang baru.
Sebagaimana diberitakan *Fitch Ratings telah menetapkan peringkat ‘BBB’ untuk surat utang dolar AS yang diusulkan PT Pertamina (Persero) (BBB / Stabil) yang akan diterbitkan di bawah program catatan jangka menengah global senilai US $ 20 miliar, atau sekitar 300 triliun rupiah.
https://www.fitchratings.com/research/corporate-finance/correction-fitch-assigns-bbb-rating-to-pertamina-proposed-usd-notes-05-02-2021
Sementara di dalam tubuh pemerintah sendiri benturan tak henti hentinya. Antara manajemen sendiri. Antara komisasris dengan direksi. Antara direksi dengan pemerintah. Perusahaan pertamina dilanda kemelut dalam timbunan utang segunung. Kata Sinuhun pembangunan kilang tidak mengalami kemajuan walau cuma satu persen. Ngenes ya?
Sekarang Pertamina berencana menjual anak anak perusahaannya melalui bursa saham. Anak anak perusahaan yang akan dilego tersebut terutama hulu pertamina, kilang pertamina dan juga usaha perkapalan dan mungkin juga ritel kalau BBM subsidi dihapus. Tujuan utamanya cari uang sebanyak banyaknya.
Tapi anehnya walaupun uang hasil utang global bond sudah mencapai 200 triliun rupiah, utang keseluruhan sudah mencapai 580 triliun rupiah, dan rencana IPO anak anak perusahaan mungkin akan bernilai 40-45 persen dari nilai aset, tetap saja pertamina akan kekurangan uang, tetap saja tidak mampu bikin kilang baru, tetap saja harus mengemis investasi asing.
Sinuhun harus memanggil Pertamina untuk menanyakkan uang hasil global bond yang sudah banyak itu disembunyikan. Mudah mudahan segera transparan ya. Supaya dikupas tuntas oleh para ekonom, masa iya global bond saja sudah 200 triliun rupiah, lalu mau nambah 300 triliun lagi, lalu mau IPO alias jual saham anak perusahaan, sementara uang gak jelas kemana? Satu gedung kantor milik sendiri pertamina gak mampu bikin. Kantor pun sewa..geli ya..