Mataram, -Universitas Gunung Rinjani mewisuda 225 S1 Angkatan XXIII tahun 2022, Rabu (21/12), di Prime Park Hotel, Mataram. Para wisudawan berasal dari Fakultas Perikanan, Fakultas Pertanian (Agribisnis) , Fakultas Ekonomi (Akuntansi), Fakultas Hukum (Ilmu Hukum), dan FKIP (Pendidikan Akuntansi, Bahasa Inggris).
Hadir dalam kesempatan itu, Gubernur NTB yang diwakili Asisten II Nurhandini, Kepala Layanan Dikti Bali-NTB yang diwakili, Pande Putu Surya Dinata dan Rektor Universitas Gunung Rinjani (UGR), Dr.H.Moch.Ali Bin Dachlan.
Gubernur dalam orasi ilmiahnya yang disampaikan Asisten II, Nurhandini Eka Dewi, memaparkan bahwa dunia akan mengalami resesi ekonomi tahun 2023. Saat pandemi pun sudah dirasakan sejak 2020 sebagai pemicu resesi ekonomi di Indonesia.
“Salah satu penyebab resesi adalah inflasi,” kata Nurhandini. Hal ini diwaspadai Pemprov NTB melalui TPID yang dievaluasi setiap minggu agar sadar bahwa upaya mengendalikan resesi dengan mengendalikan inflasi.
Dibalik ancaman resesi itu, kata Nurhandini, pertumbuhan ekonomi NTB masih plus. Tahun 2022, walau terkontraksi oleh kenaikan BBM, pertumbuhan mencapai 7,1 persen. “Ini terbaik dibandingkan daerah lain. Tapi tak boleh membuat lengah karena ekonomi kait berkait,” ujarnya seraya menyebut PHK sudah mulai bermunculan sebagai tantangan.
Mengatasi hal ini dilakukan transformasi digital. Hal ini nampak dari penggunaan aplikasi online yang penggunaannya naik sampai 400 persen. Gambaran serupa pada penjualan melalui daring yang juga meningkat hingga 400 persen.
“Kami rapat koordinasi cukup secara online. Belanja di pasar kini menjadi daring karena penggunaan teknologi internet lebih memudahkan,” katanya.
Menurutnya, salah satu yang membuat ekonomi kuat adalah keberadaan UMKM sehingga sektor ini perlu diperkuat. Pasalnya, kata dia, UMKM membuka 97 persen lapangan kerja. Pihaknya pun menyediakan NTB Mall untuk produk UMKM yang dipasarkan secara online maupun offline.
Rektor Universitas Gunung Rinjani (UGR), Dr.H.Moch.Ali Bin Dachlan, dalam sambutannya mengatakan masih banyak kemiskinan di Indonesia. Sehingga, ia merasa heran jika masih ada ramalan yang menyatakan ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu terbesar di dunia.
“Kalau dalam pertumbuhan ekonomi lapangan kerja sejalan dengan pertumbuhannya,” ujarnya seraya menambahkan bahwa sekarang ini sangat banyak tenaga kerja yang diberhentikan karena pengaruh digital. “Ke mana mereka itu sekarang,” ujarnya. “Kalau ada BLT kartu prakerja dan berbagai macam sedekah, kan yang diberikan itu menunjukkan bahwa betul ada orang miskin di indonensia,” lanjutnya.
Ia pun mempertanyakan kalau ada pertumbuhan ekonomi di suatu negara ditengah kemiskinan yang terjadi, siapa sesugguhnya yang jadi penikmat.
“Ini harus didiskuaikan,” cetusnya seraya menyebut adanya segelintir orang kaya di Indonesia yang kekayaannya mencapai trilyunan. Karena itu, Ali menilai agar jangan terlalu membanggakan bahkan hingga menuhankan digitalisasi.
“Kita konsumen dari alat itu. Banyak korban dari digitalisasi yang disalahgunakan seperti adanya perjudian, penipuan, dan lain-lain. Itu menggambarkan bahwa bangsa kita adalah konsumen yang tidak mengerti. Karena itu pendidikan harus menjadi tujuan dari pendidikan itu sendiri,” lanjut Ali Dachlan.
Kepala Lembaga Layanan Dikti Bali NTB yang diwakili Pande Putu Surya Dinata, mengatakan keberhasilan tidak lepas dari kerja cerdas dan kerja cermat sehingga mahasiswa bisa menyelesaikan studinya.(*)