Gubernur Minta MUI NTB Tulis Sejarah Ummat

Mataram, Boss– Tantangan ummat masa depan makin tidak sederhana. Majelis Ulama Indonesia mempunyai ruang dan kesempatan untuk menuliskan sendiri sejarah ummat di tengah dinamika persoalan lokal dan global.
“Mari menaklukkan tantangan tantangan ummat itu dengan melibatkan banyak ahli di berbagai bidang untuk menziarahi masa depan. Tinggalkan sejarah lama. Merapatkan shaf untuk kepentingan ummat,” kata Gubernur DR Zulkieflimansyah saat membuka Musyawarah Daerah IX dan Rapat Kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB di Mataram, Jumat (11/12).

Dikatakan Gubernur, MUI harus menghasilkan keputusan strategis untuk ummat melalui Musda dan Rakerda. Semua tantangan dan persoalan ummat saat ini ditentukan pula oleh sikap para ulama MUI dalam mencarikan solusi atas beragam dimensi kehidupan yang dihadapi dan dialami ummat.

Direktur LPPOM Majelis Ulama Indonesia dan Ketua MUI Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat DR Lukmanul Hakim mengatakan, MUI terus mengembangkan amanahnya dalam melindungi, menjaga, memperkuat dan mempersatukan ummat.

Ia menyebut ekonomi syariah sebagai salah satu pilihan sistem ekonomi yang terbukti unggul di masa resesi global seperti sekarang. Indonesia baru termasuk yang menganut dual economy system. Meskipun masih banyak literasi tentang praktek ekonomi syariah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Hal ini membuat ekonomi syariah selama 26 tahun sejak diperkenalkan, bank syariah masih mengelola delapan persen saja dana dari yang dikelola oleh bank konvensional. Begitupula dengan praktek ekonomi syariah lainnya seperti sertifikasi halal dan lainnya. Padahal, UU sudah lama memberikan ruang sebagai pilihan bagi ummat.

“MUI mengapresiasi NTB yang telah memulainya dengan Bank NTB Syariah. Ini wujud bersatunya ulama dan umara. Pesantren dan mesjid juga mulai digerakkan sebagai kekuatan ekonomi baru ummat,” ujar Lukman.

Baca Juga :  Tata Cara Mendaftar Guru Penggerak Angkatan 2

Di sisi lain, MUI juga terus menjadi penjaga ummat dari paham sesat sekaligus mitra pemerintah yang memberikan kritik dengan karakter keulamaan yang lemah lembut dan solutif. “MUI tidak kehilangan naluri amar ma’ruf nahi munkar nya tapi selalu mengedepankan karakter jalan tengah (wasathiyah),” tutupnya. (hern)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *