Idealisasi itu adanya di pikiran. Referensi atas keberagaman idealisasi itu abad demi abad telah ditulis oleh para cerdik pandai di karya-karya pemikirannya. Itu sebabnya rumusan tentang kebersamaan, komitmen, dan cara bersungguh yang sama menjadi tak gampang diwujudkan karena memerlukan cara dan alasan yang tepat dalam mempertemukan pikiran yang sama.
Di dalam realitas dimana organisasi membutuhkan alasan untuk maju dan berkembang, sebuah tindakan yang mendorong terjadinya kemajuan karenanya harus dilakukan. Sebagian orang mempercayai *disiplin tegas* sebagai pintu masuk perubahan, sebagian lainnya memilih membangun kesadaran dengan menyisipkan rasa malu bila tak menjadi bagian dalam kesadaran itu. Perdebatan akan hal itu tak akan pernah membuahkan kesimpulan yang sama karena manusia memang bukan robot yang tak memiliki emosi dan rasionalitas dalam mengkaji tindakan yang dipilih sebelum jadi keputusan.
Idealisasi mungkin bukan kata kunci bila kita menyadari bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan. Namun begitu harus ada kepercayaan satu sama lain dalam mengembangkan kemajuan sebagai cita-cita bersama, dan itu membutuhkan cara yang setara dalam mewujudkan kebersamaan, ialah dengan terus membangun rasa saling percaya dan saling menghormati satu sama lain dengan melewati waktu yang tak cuma hari ini saja.
*Kopajali, 3 Februari 2021*
