Lombok Tengah,Boss.- Minimnya curah hujan pada musim penghujan tahun ini menyebabkan sejumlah embung atau empang milik masyarakat yang tersebar di wilayah Kecamatan Praya Timur,Janapria dan sebagian di wilayah kecamatan Pujut Lombok Tengah, sampai di kecamatan Keruak Lombok Timur, belum terisi air.
Embung-embung tersebut biasanya di bangun untuk cadangan air musim tanam ke 2 (MT2) yang biasanya mereka pergunakan untuk mengairi tanaman jagung,kedelai dan tembakau.Sambil menunggu 6 bulan berikutnya,masyarakat pemilik embung menebar bibit ikan seperti Nila,Kalper dan Bandeng. Biasanya setelah 3 bulan lebih atau setelah ikannya layak komsumsi , petani pemilik embung tersebut akan menjual ikannya secara borongan ke para pemancing.
Harga per embungnya mulai dari harga 1,5 juta sampai harga pantastis 4,sampai 5 juta bahkan lebih untuk harga sekali pancing seharian tergantung dari ukuran besar kecil atau luas nya embung dan estimasi banyaknya jumlah ikan.Dengan kondisi air akibat curah hujan yg sedikit tahun sudah bisa dipastikan pemilik embung tahun ini bakal merugi,karena mereka tak bisa memelihara ikan dan tak punya cadangan air sama sekali untuk MT2 tahun ini.
Dari pantaun khusus Lombok Boss pada Rabu,28/01/2020 lalu di Kecamatan Praya Timur akibat minimnya curah hujan masih ada sawah yg belum di olah oleh pemiliknya karena kurangnya air.Sebagian di wilayah Dusun Penangsak, tanaman padinya yg sudah berumur sekitar 2 minggu tanahnya sudah mulai pecah-pecah.Sebagian petani ada yang menyiasatinya dengan memompa air sumur dan endapan air dari saluran air yg masih bisa ditampung dengan mesin pompa air untuk mengairi sawahnya.
Sementara di Desa Marong sebagian besar tanaman padinya tumbuh cukup subur, rupanya hujan yang berturut-turut selama tiga hari dari tanggal 25 sampai 27 Januari lalu cukup menyelamatkan padi-padi tersebut yang sdh ditanam dua mingguan lebih.Terlihat beberapa orang petani di wilayah Desa Marong sedang melakukan pemupukan.Kondisi air di sungai Mujur juga ketika itu tak beda jauh dengan kondisi sungai-sungai yang ada di Kecamatan Praya.Hanya menggenang dan mengalir cukup lambat.Minimnya curah hujan di bagian hulu sampai dengan akhir bulan Januari ini menyebabkan Bendungan Batujai baru terisi sepertiganya.Jika dibandingkan tahun lalu sampai dengan sebulan memasuki musim penghujan, airnya sudah melimpah sampai sungai Manhal maupun sungai di Kampung Surabaya Praya.
Hal inilah yang berimbas pada nasib sejumlah pegiat usaha penjualan peralatan memancing di Praya yang omzet penjualannya menurun 50-an persen lebih.Menurut Udin yang sehari-harinya berjualan perlengkapan mancing di belakang eks terminal lama Praya ini karena tak ada embung yang terisi begitu juga air bendungan otomatis penjualannya menurun beberapa bulan kedepan, bahkan akan berpengaruh sampai musim hujan tahun depan.Biasanya menurut keterangan Udin,warga Kampung Meteng Praya ini Kamis 30/01/2020 di lapak dagangannya, jika dibandingkan dengan tahun lalu dua atau tiga bulan memasuki musim penghujan pembeli kebutuhan mancing sedang ramai-ramainya.Omzet penjualannya rata-rata bisa mencapai 1,5 juta rupiah per harinya,terutama hari Sabtu. “Sekarang jak sepi.Bisa dapat tiga empat ratus ribu perhari sudah syukur “,katanya. Hal senada juga di katakan oleh pedagang lainnya, Sas dari Dusun Bodak Batu Meneq Desa Montong Terep.Jika dibandingkan dengan tahun lalu menurutnya omzet penjualannya menurun sampai 50 persen.Mereka kini hanya bisa pasrah dan berharap sisa musim hujan tahun ini masih adalagi hujan biar bendungan dan embung rakyat terisi penuh. Mereka saat ini hanya menggantungkan nasibnya dengan pembeli dari pemancing yang hobby mancing di laut.Tentu saja jumlah mereka tak sebanyak pemancing di kolam dan embung karena harga perlengkapan mereka yg ke laut lebih mahal hingga yang beli juga jarang-jarang. JIK